Search This Blog

Friday, December 17, 2010

Renungan : Antara Menerima dan Ber-Toleransi...

One important learning yang saya dapatkan hari ini adalah tentang perbedaan antara Menerima (Accepting...perbedaan, kelemahan) dan Mentoleransi (Tolerating...perbedaan, kesalahan, dll).

Dalam pergaulan hidup, dalam dunia kerja, kita berinteraksi dengan berbagai macam karakter manusia, yang memiliki beragam motivasi dan paradigma.
Ketika kita berusaha mencapai keinginan kita, setiap kali itu pula kita harus berhadapan dengan kepentingan-kepentingan yang lain, dengan kesulitan karakter, politik dan sistem-sistem yang tidak sejalan dengan yang kita inginkan.

Apakah kita akan berusaha 'memanipulasi' sikap dan pandangan kita demi mendapatkan 'dukungan' ?
Apakah kita menggunakan kekuasaan kita untuk memaksa orang lain mendukung ide kita ?
Apakah kita berusaha membohongi dengan iming-iming dan segala macam janji agar orang lain dapat kita 'manfaatkan' ?

Memanipulasi sikap, sehingga 'terkesan' seolah-olah kita adalah pribadi yang baik, ramah, supportif, dll membuat kita kehilangan integritas dan ujung-ujungnya (setelah orang-orang disekeliling anda menyadari..) kita akan kehilangan kredibilitas.
Kita selalu tampil dengan dua muka, penuh tabir, tidak bisa menjadi diri kita sendiri seperti apa adanya.
Menggunakan kekuasaan, seringkali berujung pada dukungan yang semu, sesaat dan not long lasting...
Membohongi (walaupun perbedaan antara memberikan gambaran opportunity / kemungkinan sukses dan berbohong kadang tipis sekali...) juga tidak akan membuat motivasi jangka panjang.
Mentoleransi, berusaha bersabar, berusaha mengalah, membuat diri kita stress dan kadang menimbulkan pelampiasan negatif di tempat lain (di rumah, di kantor, dll).

Ternyata ada satu kekuatan yang saya rasa bisa menjadi solusi untuk tetap mencapai tujuan kita tanpa harus memanipulasi diri, berbohong, bersabar atau memaksa dengan kekuatan...
Option ini saya tulis sebagai : Menerima (Acceptance).
Menerima kelemahan, menerima ke'anehan', menerima 'kelucuan', menerima kritik, menerima hinaan, cibiran, prasangka, fitnahan, menerima kesulitan, termasuk, menerima diri sendiri apa adanya....

Sedikit berbeda dibanding dengan bersabar / bertoleransi, menerima tidak berarti mengiyakan, seolah olah yang aneh menjadi wajar, yang terlihat lucu sekarang menjadi serius, hinaan seolah-olah tidak pernah ada, kesulitan seolah-olah sirna karena motivasi yang besar, kelemahan diri seolah-olah tidak ada lagi (menghibur diri ?), dan lain-lain.
Menerima bukan berarti apa yang kita anggap benar kemudian menjadi salah (paradigma kita salah), atau apa yang orang lain anggap benar kita akui sebagai benar.
Menerima seperti kita melihat pasangan hidup kita apa adanya, dengan segala kelemahan, kejelekan dan keanehannya, tapi toh kita sayang dan cinta padanya.
Mengubah dengan mengajak, memberi contoh dan menunggu (ini yang paling penting...) sampai dia mengerti.

Jika kita berhasil, maka kita tidak akan kehilangan integritas, credibilitas atau apapun, kita akan membuat proses belajar atau perubahan menjadi nikmat dan menyenangkan (untuk diteruskan ke proses pembelajaran berikutnya).
Sesuatu yang bisa menjadi modal bagi perbaikan berkesinambungan, istilah lain dari six sigma, lean manufacturing, dan istilah-istilah keren lainnya...


.................. 

No comments:

Post a Comment

Glad if you could give me a feedback :), cheers matey..