Search This Blog

Wednesday, August 25, 2010

From Cis's Death

Kemarin (24/8/2010), saya dan mama berdua menghadiri (maesong) pemakaman seorang teman yang sudah 15 - 16 tahun menderita penyakit multiple sclerosis. 10 - 11 tahun terakhir tidak bisa berjalan dan berada di kursi roda.
Teman saya ini, sama-sama asal Malang, sama-sama dari Dempo (beda 1 angkatan), dan sering terlihat di Gereja, terutama Gereja Ijen... namanya : Fransiska, biasa dipanggil 'Cis' (Cheese).

Berangkat langsung setelah pulang kerja, kami tiba di Gotong Royong (Adi Jasa / rumah duka bersama yang ada di Malang) jam 19:30, tepat sebelum acara doa bersama dimulai. Maklum besoknya Cis akan diperabukan.

Satu grup doa menjadi leader doa malam tersebut, dimulai dengan puji pujian dan kemudian renungan dibawakan oleh Suster Sisil (saudara Romo Sis, ex kepala sekolah Dempo).
Yang menarik dan menyentuh sekali justru disini, sebagai salah seorang (beliau menekankan berkali kali) pendamping Cis hingga akhir hayatnya, suster Sisil memberikan point2 penting yang bisa berarti bagi semua orang yang mendengarkannya.

* Cinta Kasih, hal yang selalu ditekankan oleh Suster Sisil, karena dengan Kasih, keluarga Cis bisa tetap tabah, tidak mengeluh karena kondisi Cis yang selama 11 tahun harus hidup di kursi roda. Keluarga ini memang cukup dikenal di Malang, karena kemanapun mereka pergi selalu membawa Cis, ke gereja, ke mall, ke prigen, tretes, ke acara-acara sosial, bahkan ke kunjungan orang sakit, mereka berusaha memberlakukan Cis seperti anak yang normal, seperti keluarga yang normal. Dalam penderitaan dan sakitnya terus memberikan contoh dan membagikan rahmat kepada orang lain.
Setahu saya, tidak pernah saya melihat raut muka masam di keluarga ini, semua selalu penuh senyum, senyum adalah ciri khas keluarga ini.
Ari - adik Cis - yang se almamater dengan saya di UKSW Salatiga, juga saya rasakan sangat berubah, berbeda ketika masa SMP dan SMA atau awal2 perkuliahan.

Pesan terakhir Cis, kepada mamanya adalah agar mamanya baik-baik bersama-sama dengan Ari sedangkan Cis akan menemani papanya di Surga.
(Papa Cis meninggal kurang lebih setahun yang lalu, info yang saya dapat ini salah satu penyebab kondisi Cis cepat menurun).
Benar-benar pesan yang mengharukan sekaligus menguatkan dan mempersatukan keluarga ini.
Pesan yang sederhana tapi kuat sekali gemanya....


* Keteguhan dalam Iman.
Hal ini beberapa kali ditekankan pula dengan mengutip beberapa ayat dari Korintus, dan Surat Yakobus (saya tidak hapal ayatnya :)).
menurut suster Sisil, lagu kesukaan Cis adalah Mazmur 23 :

Tuhan adalah gembalaku, tak'kan kekurangan aku
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau.

Chorus :
Ia membimbingku ke air yang tenang
Ia menyegarkan jiwaku.
Ia menuntunku di jalan yang benar
Oleh kar'na namaNya
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman.
(Kar'na aku akan diam
dalam rumah Bapa sepanjang masa)

Aku tidak takut bahaya sebab Engkau besertaku
GadaMu dan tongkatMu itulah yang menghibur aku

Keteguhan dalam penderitaan diungkapkan oleh suster Sisil ketika Cis mengganti baris pertama : Tuhan adalah gembalaku menjadi Tuhan aduh sakit sekali.
Yang memang Cis penuh dengan canda dan gembira, hampir disegala situasi selalu terlihat gembira.

Cis sudah memenangkan pertempuran dengan memegang teguh imannya, memberikan contoh bagaimana dalam sakit dan penderitaan orang tetap berpikir positif, bersyukur dan tidak membenci Tuhan.
Dengan kematian nya, Cis membuat banyak orang - termasuk saya - mempelajari banyak hal, keluarga ini membuat teladan dalam banyak hal. Betul-betul kematian yang sangat 'berguna', a very meaningfull death, bukan kisah yang menyedihkan, tapi justru mengharukan sekaligus menguatkan karena makna yang ditinggalkan...

Selamat jalan Cis....
Semoga saya pun bisa memiliki moment kematian yang berguna pula...
hingga akhir hayat kita tetap berguna dan bermanfaat bagi orang lain...

amin.

No comments:

Post a Comment

Glad if you could give me a feedback :), cheers matey..